Bela Diri dalam Perspektif Islam

Anda Muslim atau muslimah? apakah anda mempelajari beladiri atau ikut masuk salah satu perguruan beladiri di tempat anda masing masing? berikut  ini adalah artikel mengenai beladiri dalam prespektif Islam.
Setiap kali disebut bela diri, entah mengapa selalu saja tergambar dalam benak kebanyakan orang tentang sesuatu yang berhubungan dengan keca­kapan dan kemampuan olah fisik semata. Padahal se­jatinya bela diri dapat diar­tikan dan dipahami dengan lebih luas lagi sebagai segala upaya, usaha, dan tindakan yang dilakukan seseorang untuk menjaga dan mem­pertahankan eksistensi (ke­beradaan) dirinya.

Dengan demikian, bela diri tidaklah terbatas pada pe­nguasaan atas keahlian seni bela diri tertentu saja. Pen­didikan—formal maupun nonformal—yang telah dan sedang dijalani dapat pula dikategorikan sebagai bela diri. Kenapa tidak? Bukankah pendidikan itu merupakan usaha membekali diri dengan berbagai pengetahuan agar mampu bertahan dalam ke­hidupan yang dari waktu ke waktu semakun tak menentu?

Islam sebagai ajaran mu­lia, sempurna, dan menye­luruh tak luput memberikan jalan keluar untuk meng­hadapi kemungkinan-kemung­kinan terburuk yang disebab­kan oleh anasir-anasir jahat. Begitu pula dalam membela diri, Islam telah mewajibkan setiap pemeluknya menuntut ilmu sebagai sarana pen­di­dikan diri agar tidak tersalah dalam menjalani kehidupan dunia yang akan menyebabkan kecelakaan menuju akhirat.

Yang jelas, sejauh ini tidak didapatkan satu bentuk seni bela diri pun yang diri­wayat­kan berasal dari Nabi, baik yang sahih, daif, bahkan maudhu’ sekalipun.  Padahal Nabi—berkebangsaan Arab, tentu saja mengenal seni bela diri dalam kelompok masya­rakatnya kala itu. Misalnya saja gulat. Nabi sendiri pernah memenangi ‘pertanding’ gulat. Akan tetapi, tetap belum ditemukan semacam pen­jelasan kalau Nabi mengan­jurkan gulat.

Uniknya, Islam menga­manatkan kepada para orang tua agar mengajari anak-anak mereka dengan keahlian-keahlian khusus, di antaranya memanah, menunggang ku­da—berkendaraan, dan be­renang. Tentu saja hal ter­sebut tidak termasuk dalam salah satu cabang seni bela diri manapun. Sekali lagi ini hanyalah membuktikan bahwa seni bela diri murni hasil dari tradisi suatu budaya tertentu.

Dikarenakan hal itu, dalam menyikapi seni bela diri—apa pun wujudnya—penting diper­hatikan pengaruh-pengaruh tradisi dari kebudayaan ter­tentu yang masih melekat dalam seni bela diri ber­sangkutan. Islam sebagai tatanan kehidupan yang ber­laku universal dan eternal (sepanjang masa) dalam menghadapi kreasi budaya yang bervariasi tidaklah me­nafikan semua, pun juga tidak memakbulkan segala. Selagi tidak berseberangan dengan kaidah, prinsip, dan ruh nilai-nilai Islam, seni bela diri sebagai produk kebudayaan bisa saja digiatkan.

Meskipun demikian, dalam praktiknya ada beberapa hal penting yang mesti diper­hatikan bagi para praktisi, penggiat, peminat, atau se­kadar penikmat pertunjukkan bela diri, antara lain:

Berbagai Perspektif

Pertama, sikap peng­hor­matan. Setiap seni bela diri mempunyai cara dan sikap penghormatan tersendiri da­lam kalangan internal, baik kepada sesama anggota, maupun kepada  para pe­ngajar. Sikap penghormatan ini berbeda antara tiap-tiap seni bela diri. Namun mereka memiliki satu kesamaan bahwa penghormatan itu dilakukan dengan gerakan tertentu seperti dengan mem­berikan isyarat tubuh—ta­ngan—dan membungkukkan badan. Kedua hal ini tidak dibenarkan dalam Islam.

Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub dalam Kitaab Al-Adaab menulis bahwa pada asalnya memberi salam—sebagai bentuk peng­hor­ma­tan—dengan isyarat adalah terlarang, karena hal itu termasuk kebiasaan ahlul­kitab. Sedangkan kita (baca; umat Islam) diperintahkan untuk menyelisihi mereka dan tidak ber-tasyabbuh (menye­rupai) perihal mereka. Tir­midzi telah meriwayatkan sebuah hadis tentang larangan memberi salam hanya dengan isyarat, karena hal ini meru­pakan syiarnya ahlulkitab. Tirmidzi menghukumi hadis tersebut sebagai hadis gharib.

Al-Hafizh Ibnu Hajar ber­kata tentang hadis itu bahwa dalam sanadnya terdapat kelemahan; akan tetapi Nasa’i meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad jayyid (bagus) dari Jabir secara marfuk, “Janganlah kalian memberi salam dengan cara yang dila­kukan orang Yahudi, karena salamnya mereka itu dengan kepala dan telapak tangan serta dengan isyarat.”

Akan tetapi, hadis ini terbantah oleh sebuah hadis yang diriwayatkan dari Asma’ binti Yazid, bahwa ia berkata, “Nabi melambaikan tangan­nya kepada para wanita de­ngan salam.”

Namun, hadis ini dipahami bahwa lambaian tangan be­liau sambil mengucapkan salam. Setelah menyebutkan hadis Tirmidzi, Imam an-Nawawi mengatakan, “Dalam hadis ini kemungkinan Nabi menyatukan antara peng­ucapan salam dengan isyarat tangan beliau. Yang me­nguatkan hal ini, bahwa Abu Daud pun meriwayatkan hadis ini, ia mengatakan dalam riwayatnya, “Beliau men­gucapkan salam kepada kami (para wanita).”

Al-Hafizh kembali menga­takan bahwa larangan mem­beri salam dengan meng­gunakan isyarat berlaku khu­sus bagi orang yang mampu mengucapkan salam secara indera—lisan— dan isyarat. Jika tidak mampu, maka memberi salam dengan isya­rat disyariatkan bagi orang yang sibuk dengan sesuatu yang menghalanginya untuk menjawab salam, seperti orang yang sedang salat, orang yang jauh atau orang yang bisu, demikian pula bagi orang yang tuli.

Kedua, pakaian seragam. Telah mafhum, setiap seni bela diri langsung dapat dikenali dari pakaian yang dikenakan oleh para pe­giat­nya. Terutama di saat latihan, lebih-lebih lagi tatkala atraksi atau dalam suatu per­tan­dingan. Bahkan, meskipun sama-sama satu jenis seni bela diri, namun jika berbeda aliran atau perguruan, pakaian yang dikenakan selalu saja harus berbeda. Bisa saja perbedaan itu dari segi model, atau paling tidak warna dan coraknya.

Pakaian seragam ini—seperti halnya seni bela diri itu sendiri yang berasal dari satu kebudayaan tertentu— juga sangat dipengaruhi oleh sosio-kultural seni bela diri bersangkutan. Secara umum, pakaian seragam dalam seni bela diri masih bersesuaian dengan regulasi Islam me­ngenai pakaian, seperti me­nutup aurat, tidak transparan sehingga menampakkan warna kulit dibalik pakaian, dan tidak pula ketat hingga menon­jolkan atau membentuk ang­gota tubuh tertentu.

Terdapat larangan yang keras dan laknat yang tetap dari Rasulullah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menye­rupai laki-laki.” Dalam lafaz lain, “Nabi melaknat laki-laki yang berperilaku layaknya perempuan dan perempuan yang berperilaku layaknya laki-laki.”

Penyerupaan itu bisa ter­jadi pada cara berpakaian, cara berbicara, dan terkadang cara berjalan dan semisalnya. Dapat pula kita pahami bahwa pakaian merupakan hal utama yang akan mem­pe­ngaruhi bagaimana sikap dan perilaku seeorang. Untuk itu, Islam sedini mungkin mela­kukan tindakan preventif dengan melarang penyerupaan yang akan mengakibatkan kekaburan identitas gender seseorang.

Ketiga, ikhtilath. Ikhtilath bermakna percampurbauran laki-laki dan perempuan dalam satu waktu, tempat, dan keadaan yang sama, di mana kecil sekali ke­mung­kinan untuk dapat mene­rapkan adab-adab islami yang mengatur interaksi lintas gender dalam Islam, seperti berpakaian sopan, menahan pandangan, dan beberapa hal terkait lainnya.

Adab-adab islami dalam hal interaksi lintas gender sulit diterapkan dan menjadi be­rantakan selama sesi lati­han ini. Bagaimana tidak, selonggar apapun pakaian yang dikena­kan, namun bila gerakan-gerakan yang di­pe­ragakan sedemikian atraktif, ditambah pula melihat dan memper­hatikan dengan sangat serius, mustahil kedua belah pihak dapat menjaga diri, walau dengan batas paling minimum sekalipun. Padahal Allah dalam Alquran di surat An-Nur ayat 30-31 secara khusus telah menitahkan agar kedua insane berlainan jenis ini untuk men­jaga pan­dangan satu sama lain.

Keempat, asabiah. Asabiah dapat didefinisikan sebagai segala tindakan yang lahir atas kebanggaan-kebanggaan berlebihan karena selain kebanggaan terhadap Islam. Kebanggaan-kebanggaan itu bisa berupa karena nasab (keturunan), suku, bahasa, negara, bangsa, dan se­jenis­nya. Asabiah juga bisa mun­cul dari kebanggaan karena perkumpulan, organisasi, yayasan, partai, jamaah, mazhab, dan semisalnya. Sederhananya, asabiah adalah paham kekelompokkan.

Dalam seni bela diri, asabiah sangat terasa dari segi aliran (baca kekhasan gerak) yang dianut suatu perkumpulan seni bela diri. Antara satu seni bela diri dengan lainnya sengaja untuk mempunyai ciri-ciri gerakan tertentu yang dalam beberapa hal terkesan dipaksakan untuk berbeda. Parahnya, seseorang bahkan tidak boleh tergabung dalam dua seni bela diri pada saat ber­sa­maan. Harus memilih salah satu, atau tidak kedua-duanya. Lebih aneh lagi, ada pula perkumpulan seni bela diri yang mengharamkan akse­soris-nya—seperti baju kaus— dipakai bagi yang bukan anggota.

Nyata sekali bagaimana kentalnya asabiah suatu perkumpulan seni bela diri dalam menjaga kewibawaan kelompoknya. Sedangkan di lain pihak Nabi sudah me­ngingat­kan,”Tidak termasuk golongan kami orang yang menyeru kepada asabiah, tidak termasuk golongan kami orang yang membunuh karena asa­biah, dan tidak termasuk golongan kami orang yang marah karena asabiah.” Bah­kan dalam riwayat lain dika­takan bahwa, “…matinya itu adalah mati jahiliah.”

Sebagai penutup, tak lupa pula di sini disertakan ca­tatan berharga untuk semua ka­langan tentang satu hadis yang kerap disalahartikan. Yaitu sebuah hadis dari Abu Hu­rairah, ia berkata, “Nabi bersabda, ‘Mukmin yang kuat itu baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah.’” Hadis ini terlalu sering dipaksakan dengan pema­haman bahwa mukmin yang kuat itu adalah mukim yang kuat jasmani, badan, atau fisiknya. Kemudian digiring dengan penjelasan tambahan bahwa kekuatan fisik itu diperoleh melalui olah raga—diantaranya seni bela diri.

Perlu diperhatikan, hadis itu masih mempunyai sam­bungan, yaitu, “…dan setiap (kuat dan lemah) ada ke­baikan. Raihlah sunguh-su­nguh  apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan Allah dan janganlah menjadi tak berdaya. Jika engkau tertimpa musibah, maka jangan ka­takan, “Seandainya saya tadi melakukan ini dan itu.” Tapi katakanlah, “Allah telah me­nakdirkan. Apa yang dike­hendaki-Nya pasti terjadi.” Karena perkataan “law” (se­andainya), membuka peluang untuk setan.”

Imam An-Nawawi dalam Al-Minhaaj mensyarahkan penggalan hadis “Mukmin yang kuat itu baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah” dengan, “Yang dimaksud dengan kuat di sini adalah azam diri dan tekad yang kuat dalam u­rusan-urusan akhirat. Maka orang yang memiliki sifat ini (baca kuat) lebih banyak dan lebih tegar menghadapi musuh dalam jihad, bersegera ke­pada jihad, dan bergegas memenuhi jihad.

Orang dengan sifat ini juga memiliki azam membara dalam amar makruf nahi mungkar.  Juga bersabar terhadap segala cobaan dalam menggalakkan amar makruf nahi mungkar sembari merin­dukan perjumpaan dengan Allah. Ia sangat tekun salat, puasa, segala bentuk zikir, serta seluruh jenis ibadah. Rajin melaksanakan semua ibadah itu dengan ber­kesinam­bungan, dan semisalnya.”

Terhadap lanjutan hadis, “…dan setiap (kuat dan lemah) ada kebaikan…” Imam An-Nawawi kembali mengu­raikan, “Maknanya adalah kuat dan lemah itu, ada kebaikan pada masing-masing­nya dalam hal keimanan. Bahkan keimanan yang lemah dalam praktik ibadah seka­lipun—seperti mengingkari dan membenci dalam hati bagi yang tidak mampu merubah kemungkaran dengan tangan atau lisan dan ini adalah selemah-lemah ke­imanan(penj).”

Akhirnya, kita pun insaf dengan sabda Nabi tentang orang yang kuat bukanlah orang yang memenangkan perkelahian, tapi adalah orang yang yang mampu me­nahan amarah. Jelas sudah dari sekelumit penjelasan sebelum ini bahwa kuat atau kekuatan yang di maksud pada hadis-hadis yang sering di­comot sebagai pendukung dan pembenaran atas seni bela diri dan olah raga adalah sangat keliru. Padahal pen­jelasan para ulama lebih menekankan pada kekuatan dalam akidah yang me­lahir­kan kelurusan ibadah serta kegigihan dalam jihad.

Sejarah Wing Chun Kuen (Part 2)

Leung Bok Chao Dan Leung Lan Kwai

Yim Wing Chun akhirnya menikah dengan tunangannya Leung Bok Chau. Ia berhasil menurunkan teknik yang dipelajarinya dari Ng Mui ini kepada suaminya. Leung Bok Chao sendiri pernah mempelajari bela diri, dan rajin berlatih di waktu senggangnya. Setelah pernikahan mereka, Wing Chun sering berdiskusi dengannya tentang teknik-teknik pertarungan. Awalnya ia meremehkan Wing Chun, karena menganggap Wing Chun adalah wanita yang lemah. tetapi Wing Chun berhasil memperoleh kesempatan untuk berlatih dengan suaminya dan berhasil mengalahkannya setiap kali mereka berlatih. Leung Bok Chao pun akhirnya sadar bahwa Wing Chun bukanlah seorang wanita lemah, tetapi seorang ahli seni bela diri. Sejak saat itu ia mengagumi teknik istrinya dan sering berlatih berdua. Ia menyebut teknik ini "Wing Chun Kuen" untuk menghormati istrinya.

Leung Bok Chao kemudian meneruskan teknik Wing Chun Kuen ini kepada Leung Lan Kwai, seorang tabib ahli tulang yang tidak pernah menonjolkan kemampuannya dalam bela diri. Bahkan keluarga dan sahabat-sahabatnya tidak mengetahui akan keahliannya dalam Wing Chun Kuen ini. Rahasia ini hanya sekali ditunjukkan, ketika ia membantu seorang pesilat yang sedang dikeroyok oleh sekelompok pesilat lain. Bagaimanapun juga, ia selalu berusaha untuk tidak menyombongkan diri dan menerapkan pesan pendahulunya, yaitu "tidak mengungkapkan keahlian Wing Chun Kuen kepada orang lain".

Wong Wah Bo Dan Leung Yee Tei

Walaupun ia menutup mulut tentang Wing Chun Kuen, Leung Lan Kwai meneruskan teknik ini kepada Wong Wah Bo, walaupun secara kebetulan. Wong Wah Bo adalah seorang aktor dari perkumpulan opera Cina. Pada jaman ini, aktor opera Cina disebut "Pengikut Perahu Merah (The Red Junk)". Leung Lan Kwai sebenarnya tidak ingin menerima murid, tetapi sifat-sifat Wong Wah Bo yang memiliki rasa keadilan yang tinggi membuat Leung Lan Kwai bersedia menerimanya sebagai murid.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak dari para pengikut perahu merah mengerti kung fu. Karena riasan yang mereka kenakan saat tampil di panggung, identitas mereka sulit diketahui. Itulah sebabnya banyak pengikut Shao Lin bergabung dengan perkumpulan opera ini untuk bersembunyi dari kejaran pemerintah Manchuria. Tetapi menyimpan rahasia tetap merupakan hal yang sulit. Banyak dari para pengikut Shao Lin yang membuka rahasianya kepada orang yang mereka percaya. Untungnya tidak ada di antara orang kepercayaan ini yang melaporkannya ke pemerintah Manchuria. Salah satu dari pengikut Shao Lin ini adalah Master Chi Sin, yang sudah diceritakan pada awal cerita ini. Ia menjadi pahlawan perkumpulan ini dan mengajarkan kepada mereka teknik-teknik bela diri Shao Lin dan mempersiapkan mereka untuk melawan pemerintah Manchuria jika saatnya tiba.

Salah satu murid Master Chi Sin adalah Leung Yee Tei. Ia bukan aktor tetapi salah satu petugas kapal yang bertugas mengemudikan perahu dengan menggunakan tongkat panjang. Di antara semua teknik yang diajarkan Master Chi Sin, yang sangat dikaguminya adalah teknik menggunakan tongkat panjang. Untung bagi Leung Yee Tei, Master Chi Sin adalah ahli menggunakan "tongkat panjang enam setengah point" dan menganggap Leung Yee Tei cukup pantas untuk menjadi penerus teknik ini.

Wong Wah Bo sang aktor adalah salah satu penghuni kapal yang dikemudikan Leung Yee Tei. Ia sangat mengagumi teknik tongkat Leung Yee Tei, sebaliknya Leung Yee Tei mangagumi teknik Wing Chun dari Wong Wah Bo. Mereka saling bertukar pengetahuan. Hasilnya Leung Yee Tei menjadi penerus teknik Wing Chun dan teknik Wing Chun sendiri bertambah dengan masuknya teknik tongkat panjang enam setengah point, di samping teknik golok Pa Chan Tao yang sudah ada dalam Wing Chun. Saat bertukar kepandaian, mereka menyadari bahwa mereka dapat meningkatkan kemampuan masing-masing dengan menambahkan hal-hal yang telah mereka pelajari satu sama lain. Contohnya, teknik tongkat panjang enam setengah point dapat diperbaiki dengan memasukkan teknik Wing Chun ke dalamnya. Mereka lalu menerapkan teknik Chi Sau (tangan menempel) dan berhasil menciptakan teknik yang diberi nama Chi Kwun (tongkat menempel). Lebih jauh lagi, mereka berhasil meningkatkan daya guna tongkat dengan mengurangi jarak antara kedua lengan yang memegang tongkat, dan mengubah gerak kakinya menjadi seperti gerak kaki gaya tangan kosong.

Leung Jan Dari Fat Shan

Di masa tuanya Leung Yee Tei meneruskan teknik-teknik Wing Chun dan tongkat panjang enam setengah point ke Leung Jan, seorang tabib terkenal dari Fat Shan, satu dari empat kota terkenal di propinsi Kwang Tung, Cina selatan. Fat Shan yang merupakan persilangan dari beberapa jalur transportasi ramai dekat Sungai Mutiara, adalah sebuah kota perdagangan yang terkenal dan berpenduduk padat. Banyak pejabat pemerintah, pedagang-pedagang besar, buruh, dan orang-orang biasa tinggal di sini. Leung Jan, pemilik sebuah toko obat ramuan tradisional, dibesarkan dalam keluarga yang baik, berpendidikan, dan sopan. Selain mengurus Toko Obat Jan Shan di Jalan Sumpit di Fat Shan, ia juga membuka praktek tabib. Ia cukup profesional dalam bidang ini, dan dipercaya oleh masyarakat sekitarnya. Bisnisnya maju. Di waktu senggang ia suka membaca buku, dan juga seni bela diri. Ia tak ingin sembarangan memilih guru untuk belajar bela diri. Ia tak menyukai jurus dan kuda-kuda lebar yang terlihat ganas. Sistem yang menitik beratkan kekuatan fisik dan kasar tidak disukainya, demikian juga dengan gaya-gaya indah tetapi tidak praktis untuk perkelahian. Yang ia inginkan adalah gaya yang praktis dan bermanfaat, walaupun sederhana. Bertahun-tahun ia mencari guru dan sistem bela diri yang ideal, hingga pada suatu saat ia bertemu dengan Leung Yee Tei dan belajar teknik Wing Chun darinya.

Dalam waktu yang tak terlalu lama, Leung Jan telah dijuluki "Raja Kung Fu Wing Chun". Ketenarannya ini menarik perhatian para penantang. Orang-orang ambisius memaksa bertarung dengannya, tetapi semuanya dikalahkan dengan cepat. Jika orang-orang mendengar nama Leung Jan, mereka akan mengingat gelarnya "Raja Kung Fu Wing Chun" dan peristiwa ia mengalahkan lawan-lawannya. Sampai sekarangpun para generasi tua masih membicarakan tentangnya dengan penuh semangat.

Wah Si Manusia Kayu, Leung Tsun, Dan Wah Si Penukar Uang

Ketertarikan Leung Jan terhadap Wing Chun memaksanya untuk menerima beberapa orang murid, termasuk kedua anaknya, Leung Tsun dan Leung Bik. Walaupun demikian ia tidak pernah menganggap dirinya sebagai pengajar profesional. Ia mengajari mereka Wing Chun setiap sore hari setelah selesai mengurus tokonya.

Di antara murid-muridnya ada seorang yang dijuluki Wah Si Manusia Kayu. Nama ini didapatnya karena sepasang tangannya yang kuat dan sekeras kayu. Ia sering mematahkan orang-orangan kayu pada saat latihan. Setiap sore, ia belajar Wing Chun bersama saudara-saudara seperguruannya dibawah bimbingan Leung Jan.

Di sebelah toko Leung Jan, ada kios penukaran uang milik Chan Wah Sun, yang dijuluki Wah The Money Changer (Wah Si Penukar Uang). Ia sangat ingin belajar kung fu dan ingin belajar dari guru kung fu terkenal. Karena kiosnya tepat di sebelah toko obat Leung Jan yang sangat dikaguminya, ia sangat ingin meminta Leung Jan untuk menerimannya menjadi murid. Tetapi karena Leung Jan adalah pria terhormat dari keluarga terkenal dan juga pemilik toko yang cukup berada, Wah Si Penukar Uang merasa malu untuk meminta Leung Jan mengajarinya. Lagi pula ia tidak tahu apakah Leung Jan bersedia menerimanya atau tidak. Tetapi keinginannya yang kuat dan rasa hormatnya terhadap Leung Jan memberikan harapan besar baginya. Setiap hari sesudah segala pekerjaan selesai dan jalan mulai sepi, ia mengendap-endap ke pintu Leung Jan dan mengintipnya mengajar kung fu dari celah pintu. Leung Jan menjadi idolanya. Setiap gerakan tangan dan kakinya ia pelajari baik-baik dan sangat membekas pada dirinya. Semakin hari keinginannya untuk belajar menjadi semakin tebal.

Suatu hari ia merasa sudah saatnya untuk datang pada Leung Jan dan memintanya mengajari kung fu. Tepat seperti dugaannya Leung Jan menolak dengan halus. Ia kecewa, tetapi tidak putus asa. Ia memikirkan cara untuk memenuhi keinginannya. Pada saat Leung Jan sedang tidak berada di tokonya dan Leung Tsun, anak tertua Leung Jan, sedang sendirian, Wah Si Manusia Kayu membawa seseorang datang ke toko obat Leung Jan. Orang ini sesungguhnya adalah Wah Si Penukar Uang. Leung Tsun, yang merasa lebih hebat, menerima tantangan ini, untuk menguji seberapa tinggi pengetahuan sang murid gelap ini. Leung Tsun sesungguhnya tidak segiat saudara seperguruannya, Wah Si Manusia Kayu, dalam mempelajari Wing Chun. Segera setelah kedua tangan mereka bersentuhan, Wah Si Penukar uang sadar bahwa lawannya tidak sehebat yang ia duga. Pada suatu ketika Wah Si Penukar Uang berhasil memasukkan sebuah pukulan lurus dan Leung Tsun pun terjatuh tepat menimpa kursi kesayangan ayahnya. Patahlah salah satu kaki kursi itu. Mereka takut dimarahi oleh Leung Jan oleh karena itu mereka lalu berusaha menyambung kembali kaki kursi itu.

Sejarah Wing Chun Kuen (Part 1)

Diterjemahkan dari buku "Wing Tsun Kuen"
Oleh: Master Leung Ting
10th Level M.O.C
©Copyright 1978, International Wing Tsun Leung Ting Martial-Art Association,
International Headquarters, Hong Kong

Peristiwa Dibakarnya Kuil Shao Lin

Pada masa Cina dijajah oleh bangsa Manchuria (Dinasti Ching), saat Kaisar Yung Cheng1 berkuasa (1723-1736), terjadi peristiwa dibakarnya Kuil Shao Lin, yang berada di Gunung Sung, Propinsi Honan. Peristiwa tersebut terjadi sekitar 300 tahun yang lalu, saat kuil ini sedang dikepung oleh tentara pemerintah Manchuria.

Saat itu pemerintahan Manchuria takut akan perkembangan kung fu di Kuil Shao Lin yang semakin lama semakin kuat dan juga karena kuil ini dianggap sebagai pusat gerakan pemberontakan2 melawan penjajah Manchuria. Pemerintah mengirim pasukan yang dipimpin oleh Chan Man Yiu, Wong Chun May, dan Cheung King Chow untuk menyerang kuil ini. Serangan demi serangan selalu mengalami kegagalan. Chan Man Yiu kemudian bekerja sama dengan para pengkhianat dari Kuil Shao Lin, salah satunya adalah Pendeta Ma Ning Yee, dan membakar Kuil Shao Lin secara diam-diam. Banyak penghuni Shao Lin, pendeta, murid calon pendeta, maupun murid-murid yang bukan calon pendeta mati terbakar. Walaupun demikian tidak semuanya mati, beberapa berhasil lolos dari peristiwa ini. Mereka yang berhasil lolos di antaranya adalah Pendeta Wanita Ng Mui, Pendeta Chi Sin, Pendeta Pak Mei, Master Fung To Tak, dan Master Miu Hin3, dan juga beberapa orang murid, yang paling terkenal di antaranya adalah Hung Hay Kwun (Hung Si Kuan), Fong Sai Yuk (Fang Se Yu)4, Luk Ah Choy, dan lain-lainnya. Kelima pendeta/master ini adalah lima guru yang mewakili lima gaya kung fu Shao Lin.

Pendeta Chi Sin yang mempunyai murid paling banyak memimpin pelawanan terhadap pemerintahan Manchuria. Pendeta ini bersama dengan beberapa orang murid kesayangannya, yaitu Hung Hay Kwun, Tung Chin Kun, dan Tse Ah Fook, menjadi buronan pemerintah. Agar tidak tertangkap, Pendeta Chi Sin memerintahkan murid-muridnya untuk menyamar, lalu ia sendiri menyamar menjadi juru masak di Perahu Merah/The Red Junk5. Sementara itu Master Miu Hin, anaknya perempuannya, Miu Tsui Fa, dan cucunya, Fong Sai Yuk, bersembunyi untuk sementara waktu di kalangan suku minoritas Miao dan Yao, yang berlokasi di antara propinsi Sze Chuan dan Yunnan. Mereka kemudian berkeliling dan melakukan banyak hal sehingga melahirkan legenda-legenda fantastis, di antaranya adalah "Fong Sai Yuk menantang sang juara bertahan turnamen kung fu".

Pendeta Wanita Ng Mui adalah satu-satunya master wanita dari Shao Lin dan yang tertua dari kelima master tersebut. Ia lebih toleran terhadap pemerintah Manchuria daripada keempat saudara seperguruannya ini. Walaupun demikian kadang-kadang ia juga menggunakan kung fu-nya untuk menegakkan keadilan. Ng Mui pergi berkeliling Cina, perjalanannya ini melahirkan legenda "Ng Mui membunuh Lee Pa Shan di hamparan bunga plum6". Ia lalu mengundurkan diri dan bersumpah untuk tidak terlibat lagi dalam peristiwa-peristiwa kekerasan. Ia kemudian menetap di Kuil Bangau Putih yang terletak di gunung Tai Leung (juga disebut gunung Chai Ha), di antara propinsi Yunnan dan Sze Chuan. Ia berkonsentrasi mendalami Zen Buddhisme, sebuah sekte Buddha yang dikembangkan oleh Bodhidharma7, dan juga ilmu kung fu sebagai hobby yang amat disukainya. Ng Mui, seperti juga yang lainnya, tidak pernah melupakan pengalaman pahit peristiwa kebakaran dan pengkhianatan di Kuil Shao Lin. Ia juga khawatir akan pengejaran yang dilakukan oleh para pengkhianat dan pasukan pemerintah Manchuria. Ia sadar akan kesulitan yang akan dialaminya jika suatu saat bertemu dengan para pengkhianat yang juga telah menguasai ilmu bela diri Shao Lin tersebut. Ia sadar bahwa pengetahuan teoritis bela dirinya sejajar dengan mereka, dan suatu saat kemampuan fisiknya akan kalah dengan para pengkhianat yang jauh lebih muda darinya. Untuk mengatasi hal ini, cara satu-satunya adalah dengan menciptakan sebuah teknik bertarung baru yang mampu mengatasi teknik-teknik bertarung Shao Lin. Pertanyaannya adalah apa teknik baru itu dan bagaimana menciptakannya?

Lahirnya Teknik Bertarung Baru

Suatu saat Ng Mui menyaksikan pertarungan antara seekor rubah dan seekor bangau liar besar. Rubah itu berjalan mengitari bangau mencari kesempatan untuk menyerang, sementara bangau diam di tengah dan berputar-putar untuk menghadapi rubah. Setiap kali rubah menyerang dengan cakarnya, bangau menghalau dengan sayapnya dan pada saat yang sama balik menyerang dengan paruhnya. Rubah tersebut memanfaatkan kelincahannya untuk menghindar dan menyerang tiba-tiba dengan cakarnya. Demikian perkelahian ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama hingga Ng Mui mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan teknik pertarungan baru. Siapa di antara bangau dan rubah yang menjadi pemenang tidaklah penting. Ng Mui berkonsentrasi untuk menyesuaikan gerakan cakar rubah dan sayap bangau menjadi gerakan manusia. Ia berhasil menciptakan satu set gerakan tempur yang tetap mempertahankan gerakan rubah dan bangau tetapi sesuai dengan gerakan manusia.

Gerakan kung fu Shao Lin yang menitik beratkan pada suatu pola tetap, terlalu rumit untuk Ng Mui. Dalam teknik barunya ini ia menitikberatkan pada kesederhanaan gerak dan keanekaragaman kegunaan. Hal ini cukup menyimpang dari teknik-teknik Shao Lin. Dengan kata lain, dari sepuluh set atau lebih gerakan Shao Lin, satu dan lainnya hanya berbeda sedikit, hanya akan memberikan latihan stereotip bagi para anak didik. Sistem baru ciptan Ng Mui ini terdiri dari beberapa gerakan sederhana yang digabungkan, dan setelah mengalami beberapa perbaikan dan penyempurnaan, dibagi menjadi tiga jurus dan satu set gerakan berlatih menggunakan "orang-orangan kayu". Terlebih lagi dalam gaya Shao Lin, banyak gerakan yang memiliki pose menarik dan nama yang indah, seperti "Tarian Naga dan Pheonix", "Tongkat Master Tao", dan "Singa Keluar Dari Gua", tetapi dalam pertempuran yang sesungguhnya tidak dapat diprektekkan. Kebalikannya, dalam teknik baru ini, setiap gerakan adalah gerakan tempur yang sesungguhnya dan sangat praktis. Sudah tidak ada lagi gerakan-gerakan dan pose-pose indah yang hanya berguna untuk menarik perhatian. Gerakan-gerakan ini memiliki nama-nama yang sesuai dengan kegunaan dan bentuk gerakannya, seperti "Telapak Tangan Menghadap Ke Atas", sebuah nama yang sangat jelas menunjukkan gerak tangan yang diwakilinya.

Perbedaan lainnya adalah dalam teknik Shao Lin terlalu banyak menekankan latihan fisik. Seorang murid harus berlatih kuda-kuda yang kuat selama dua atau tiga tahun sebelum ia dapat melanjutkan pelajaran. Dalam teknik barunya, Ng Mui lebih menekankan penggunaan metode dalam mengalahkan musuh daripada dengan menggunakan kekuatan. Memang dalam metode ini perlu juga melatih kekuatan, tetapi dalam pertempuran yang sesungguhnya, yang terpenting adalah menerapkan metode yang tepat untuk masing-masing keadaan, dan juga untuk masing-masing lawan. Untuk keperluan ini, para pengikut akan dibekali dengan beragam teknik gerakan tangan, kuda-kuda, dan gerak langkah yang fleksibel. Dengan kata lain, dalam pertempuran yang sesungguhnya, gaya Shao Lin akan menggunakan gerakan tangan dan kuda-kuda lebar, sementara teknik baru ini akan menggunakan langkah kaki yang mengejar dan teknik bertempur jarak dekat. Dalam gaya Shaolin, kuda-kuda yang paling sering digunakan adalah "kaki depan sebagai busur dan kaki belakang sebagai anak panah" atau disebut juga kuda-kuda depan, sementara dalam teknik baru ini menggunakan kuda-kuda "kaki depan sebagai anak panah dan kaki belakang sebagai busur" atau disebut juga kuda-kuda belakang. Kuda-kuda belakang ini memungkinkan diterapkannya teknik "tendangan menghujam ke depan" yang cepat untuk menyerang tempurung lutut orang-orang yang menggunakan kuda-kuda depan, dan dapat mundur dengan cepat, jika kaki depannya sendiri diserang.Teknik baru ini akhirnya membuktikan ketidakefektifan gaya-gaya lebar Shao Lin.

Yim Wing Chun Yang Jelita

Nona Yim Wing Chun adalah penduduk asli propinsi Kwang Tung. Setelah ibunya meninggal, ia tinggal berdua dengan ayahnya, Yim Yee. Sejak kecil ia telah dijodohkan dengan Leung Bok Chao, seorang pedagang garam dari propinsi Fu Kien (Hok Kian). Sebagai murid Shao Lin, Yim Yee berusaha menggunakan kung fu-nya untuk menegakkan keadilan. Dengan demikian ia sering terlibat dalam urusan pengadilan. Agar tak ditangkap, ia mengajak anak perempuannya melarikan diri ke perbatasan antara propinsi Yunnan dan Sze Chuan dan menetap di kaki gunung Tai Leung. Mereka hidup dari hasil penjualan tahu di pasar. Yim Wing Chun tumbuh menjadi seorang gadis lincah, dan cantik. Keatraktifannya ini akan mengakibatkan masalah di kemudian hari.

Ada seorang preman lokal bermarga Wong yang terkenal bertabiat buruk. Karena kemampuan kung fu-nya dan juga karena tangan hukum begitu lemahnya di daerah terpencil ini, ia ditakuti oleh penduduk setempat. Karena tertarik dengan kecantikan Yim Wing Chun, ia mengirimkan perantara untuk melamar gadis ini, dengan ancaman jika ditolak, ia akan memaksa Wing Chun menikahinya. Ayah Wing Chun sudah tua dan Wing Chun sendiri adalah gadis yang lemah. Oleh karena itu mereka sangat khawatir dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Sementara itu, Pendeta Wanita Ng Mui, yang tinggal dekat desa ini, sering mengunjungi pasar desa. Setiap kali ia lewat di kios tahu Yim Yee, ia selalu mampir dan berbelanja. Dengan demikian, mereka menjadi saling mengenal. Suatu hari, saat ia berbelanja, ia memperhatikan ada sesuatu yang tidak biasa pada ekspresi ayah dan anak ini. Ketika ditanyakan, mereka menceritakan masalah tersebut kepada Ng Mui. Pengakuan ini membangkitkan kembali rasa keadilan dalam diri Ng Mui yang sudah lama dipendam. Ia memutuskan untuk membantu Yim Wing Chun, tetapi tidak dengan melawan Wong, suatu hal yang pasti dilakukannya sebelum mengundurkan diri. Alasannya adalah bahwa ia tidak ingin menunjukkan identitas aslinya sebagai pendekar Shao Lin, dan juga karena tidak layak baginya, sebagai seorang ahli bela diri terkenal dari Shao Lin, bertarung melawan preman tak ternama dari sebuah desa terpencil. Ia memutuskan untuk mengajari teknik bela diri ciptaannya kepada Yim Wing Chun. Bagi Wing Chun sendiri, ilmu bela diri bukan sesuatu yang aneh, karena ayahnya adalah murid Shao Lin. Selama ini Wing Chun merasa belum perlu mempelajari ilmu ayahnya. Kini dengan panduan Ng Mui, sang master wanita dari Shao Lin, dan juga karena kepandaian dan kerja kerasnya, ia berhasil menguasai teknik ini dalam waktu tiga tahun.

Pada suatu hari Ng Mui memberitahu bahwa Wing Chun sudah menguasai semua teknik-teknik ciptaannya dan diperbolehkan kembali ke rumah ayahnya dan menyelesaikan masalah dengan Wong. Sekembalinya ia ke rumah ayahnya, preman tersebut mulai menggodanya lagi. Kali ini Wing Chun menantangnya berkelahi. Wong terkejut, tetapi menerima tantangan ini. Ia sangat yakin dapat mengalahkan Wing Chun dan menikahinya, tetapi dalam pertarungan tersebut ia dikalahkan oleh Wing Chun. Sejak saat itu, Wong tak berani lagi mengganggu Wing Chun. Setelah peristiwa ini, Wing Chun terus berlatih teknik ini, tetapi Ng Mui merasa kehidupan di kaki gunung Tai Leung terlalu monoton dan pergi berkelana. Ia berpesan pada Wing Chun untuk menjaga peraturan Shao Lin dan berhati-hati dalam meneruskan teknik ini agar tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tak pantas.

Review 10 Beladiri Paling TOP di Dunia

Berikut ini adalah Artikel mengenai Review dari 10 Beladiri terbaik di dunia yang di ambil dari berbagai sumber terpercaya

1. Muay Thai, Thailand

Mirip sekali dengan kickboxing, tapi bedanya, pukulan di bawah sabuk, siku dan dan lutut semua boleh dipergunakan. Muay Thay susah sekali diperkirakan kapan tepatnya lahir, tapi berbagai elemen dari beladiri ini dapat ditemui di beladiri Jepang dan India.

Popularitas beladiri ini mulai muncul pada tahun 1800-an. Secara tradisi, bela diri ini sangat terstruktur, dengan berbagai ritual yang menunjukkan penghormatan kepada lawan.

Sekarang beladiri ini lebih berfokus sebagai penggunaan badan sebagai senjata, kepalan, tulang kering, siku, lutut, dan berbagai hal lain untuk mengalahkan lawan. Inilah yang membuat bela diri ini berharga, karena semua bagian tubuh dapat digunakan sebagai senjata.

2. Brazilian Jiu-jitsu, Brazil

Walaupun didirikan di Brazil, pendiri bela diri ini adalah Mitsuyo Maeda, seorang petarung dari Jepang, yang memenangkan lebih dari 2000 pertandingan dan dianggap sebagai manusia paling tangguh.
Maeda bertemu dengan keluarga Gracie di Jepang pada tahun 1914, dan semenjak saat itu juga keluarga Gracie dianggap sebagai keluarga pertama beladiri ini. Penekanan pada lemparan dan groundwork menjadikan olahraga ini populer di kalangan pengguna olahraga campuran.

3. Karate, Jepang

Diturunkan dari kata yang berarti “tangan kosong”, Karate diperkenalkan sebagai beladiri tanpa senjata. Berbagai teknik Karate diperkirakan berawal dari tahun 1300-an, walaupun penulis “10 Precepts of Karate”, Anko Itosu, bapak karate modern, menuliskan buku tersebut pada tahun 1908.
“Karate adalah teknik yang mengubah tangan dan kaki menjadi tombak” demikian tulis Anko. Pada buku tulisan Anko, karate dapat dipakai sebagai,”… cara mengindari perkelahian jika dihadang penjahat.”

4. Kung fu, Cina

Bela diri cari Cina ini berarti secara harfiah: Kesuksesan yang diraih dengan jalan yang berat dan panjang, dan merupakaan beladiri paling tua di dunia. Semenjak diperkenalkan oleh Kaisar Huangti, 2,698 sebelum Masehi, telah berkembang puluhan ribu aliran Kungfu.

Secara tradisional, beladiri ini diajarkan oleh para biksu Shaolin, dengan penekanan utama pada moralitas dan filosofi, dimana nilai kerendahan hati, kepercayaan, dan kesabaran, serta penghormatan diutamakan.

5. Tae-kwondo, KoreaTae-kwondo 

Memiliki arti “jalan kepalan dan kaki”. Beladiri ini berkembang pesat setelah era PD II, ketika Jepang mengakhiri pendudukan atas Korea. Bela diri ini terkenal atas tendangannya yang mencengangkan, dan menggabungkan antara kemampuan fisik dan kekuatan mental. Pemengang sabuk hitam beladiri ini mencapai 3 juta orang di seluruh dunia.

6. Ninjutsu, Jepang

Beladiri misterius ini biasa digunakan oleh kaum pembunuh dan para pejuang gerilya Jepang. Ninjutsu mengajarkan berbagai cara untuk mengejutkan lawan dan mengalahkan lawan, dengan arah perkembangan untuk membunuh. Selain kaki, tangan, berbagai senjata diajarkan juga, termasuk teknik menyelinap dan melarikan diri secara efektif.

7. Jujutsu, Jepang

Ketika samurai Jepang kehilangan semua senjata, mereka akan beralih ke penggunaan Jujutsu (seni lembut). Jujutsu berkembang dengan berfokus pada lemparan, kuncian dan menggulingkan diri. Tapi tidak seperti bela diri lain, Jujutsu lebih banyak bergerak ke “apa aja boleh”.

Secara tradisional, para murid diajarkan berbagai taktik “curang” seperti mencolok mata, menggigit, yang jika digunakan dengan tepat, dapat membunuh lawan. Bela diri ini sangat efektif jika digunakan pada pertempuran jarak pendek.

8. Krav Maga, Israel

Beladiri wajib pengawal presiden Israel, seni bela diri ini tanpa aturan, dan keras. Bela diri ini tidak pernah dilatih untuk olahraga, karena benar-benar ditujukan untuk menghancurkan penyerang dengan berfokus pada area vital lawan, misalnya selangkangan dan mata, dan bahkan mengijinkan penggunaan kepala sebagai senjata dan berbagai benda yang ada sebagai senjata. Pendekatan bela diri ini dibagi tiga langkah: Hadapi ancaman, cegah lawan untuk melakukan serangan kedua, dan netralkan lawan.

9. Aikido, Jepang

Aikido diperkenalkan pada awal 1900an, dengan para pengikutnya belajar untuk menggunakan kekuatan dan energi lawan untuk menjatuhkan mereka. Para murid diajarkan untuk tetap menjaga kondisi penyerangnya, dan diajarkan untuk melumpuhkan tanpa melukai.

Penggunaan senjata juga sering ditemui dalam aikido, dan para pengikutnya diajari untuk bertahan melawan tongkat, pedang dan bahkan pisau. Pendiri Aikido, Morihei Ueshiba, berkata bahwa untuk menjadi pengikut Aikido yang sukses, para murid harus “menerima 99 % serangan lawan dan menatap wajah kematian tanpa takut.”

10. Judo
 JepangJudo ditemukan atau didirikan oleh Kano Jigoro, yang sering diganggu pada masa kecilnya, sekitar 1860 sampai 1870. Dengan mengambil berbagai kemampuan dasar beladiri yang berkembang, Kano menambahkan teknik lemparan untuk menciptakan Judo.

Arti kata Judo adalah “jalan lembut” yang berarti, menggunakan kekuatan lawan untuk melawan dirinya sendiri. Karena prinsip inilah, maka Judoka tidak harus lebih kuat daripada lawannya. Fokus utama Judo adalah melempar dan kuncian tanah, daripada memukul atau menyerang.







AJIAN BANDUNG BONDOWOSO

Seperti halnya aji Brajamusti, aji Bandung Bondowoso juga mempunyai khasiat yang luar biasa hebatnya. bagi orang yang mengamalkan aji Bandung Bodowoso akan mempunyai kekuatan badan yang mentakjubkan. Barang yang mustahil bisa diangkat dengan kekuatan manusia, maka dengan aji Bandung Bodowoso barang itu dapat diangkat dengan mudah. Bahkan lebih dari itu dengan aji ini orang bisa menagkis tanpa cidera semua senjata tajam. Senjata tajam akan terpental dengan sendirinya bila mengenai badannya.

Orang yang memiliki ajian ini dengan sempurna bisa memimpin bangsa jin. Sehingga bisa mengerahkan Bala tentara Jin untuk keperluannya....

Dalam kisah Jawa kuno terdapat cerita tentang seorang ksatria sakti bernama Bandung Bondowoso yang jatuh hati pada seorang puteri. Karena puteri tersebut tidak mencintai Bandung Bondowoso, sedang untuk menolak secara terang-terangan sang puteri merasa takut karena Bandung Bondowoso ini terkenal sangat sakti, maka untuk mengelabuhi si Bandung Bondowoso sang puteri membuat persayaratan.

Persyaratan tersebut adalah lamaran Bandung Bondowoso akan diterima apabila ia sanggup membuat seribu candi dalam waktu satu malam. Candi tersebut harus sudah selesai sebelum ada ayam jantan berkokok atau sebelum fajar menyingsing. Dengan kehebatan yang dimilikinya, Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan pekerjaannya karena ia dibantu oleh pasukan bangsa jin yang sangat patuh kepadanya.
Sang putri semakin ketakutan. Ia tahu secara persis, walau hari masih malam Bandung Bondowoso sudah menyelesaikan 999 candi. Sang puteri begitu melihat bahwa Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan pekerjaannya sangat panik, sehingga ia menyuruh para dayangnya untuk menabuh lesung (tempat menumbuk padi) guna membangunkan ayam, supaya berkokok. Dengan harapan si Bandung Bondowoso merasa bahwa hari sudah pagi. Sehingga gagal dalam membuatkan candi.
Mengetahui hal tersebut adalah ulang sang puteri Bandung Bondowoso menjadi marah. Ia merasa telah ditipu, sehingga ia mengucapkan kutukan, bahwa untuk melengkapi jumlah candi genap seribu, puterilah yang d sabda hingga berubah menjadi candi. Lalu jumlah candi menjadi seribu dan oleh orang jawa disebut candi Sewu. Begitulah cerita tentang kehebatan Bandung Bondowoso yang bisa mengerahkan bala tentara jin untuk membuat candi. Kisahnya terkenal sebagai legenda Nyi Lara Jonggrang.
Selain dapat menaklukkan bangsa jin, orang yang memiliki ajian ini, akan mampu menangkis serangan lawan yang menggunakan senjata. Senjata tersebut akan terpental dengan sendirinya, tanpa kita bergerak untuk menangkisnya.
Dengan keyakinan penuh kita akan mampu menguasai ilmu ini. Tentu saja asalkan kita dapat melaksanakan seluruh petunjuk serta lakunya.
Untuk melengkapi artikel ini berikut kami sajikan mantra aji Bandung Bondowoso :

"Sun matek aji, ajiku Bandung Bondowoso,
Kang mengkoni ratuning wesi,
Kulitku tembaga,
Dagingku wojo,
Ototku kawat,
Balungku wesi,
Bayuku rasa,
Dengkulku paron,
Heh ya aku Bandung Bondowoso,
Ratuning gegaman tan ono,
Tumono ing badanku."

Sedangkan syarat-syarat untuk mendapatkan kekuatan Aji Bandung Bondowoso adalah sebagai berikut :
-Berpuasa selama 30 hari dengan di mulai pada hari Sabtu Kliwon bulan Selo.
-Ngebleng selama 7 hari 7 malam dengan tidak boleh makan nasi yang dipanasi.
- Selama berpuasa kita harus mengamalkan dan membaca mantranya.
Dan setiap hari berpuasa kita disarankan untuk membaca manteranya sebanyak 3 kali dalam sehari semalam.
Pantangan yang harus ditaati adalah:
- Menjauhi larangan yang dibenci Tuhan
- Tidak menggunakan ajian ini kecuali di saat yang benar-benar genting.
Demikianlah sedikit pemaparan mengenai kegunaan Aji Bandung Bondowoso. Mudah-mudahan bisa menambah wawasan pembaca yang tercinta seputar ilmu-ilmu kesaktian peninggalan leluhur di masa lampau, yang kehebatannya tak kalah dengan senjata-senjata modern.

KH.ASNAWI CARINGIN ( ULAMA DAN PENDEKAR BANTEN )

Saya teringat sekitar tahun 1992 , ketika masih di bangku Madarasah Aliyah mengadakan Tour Ziarah keliling Banten ke maqom para Auliya . Ada satu tempat yang sangat menarik yang saya kunjungi di suatu kampung bernama Caringin kecamatan Labuan Pandegalang Banten. Kampung Caringin dengan pesona Laut yang sangat mempesona diambil dari kata “beringin” yang artinya “pohon teduh yang Rindang  disana terdapat Maqom Auliyaillah seorang ulama pejuang bernama KH.ASNAWI yang orang kampung biasa memanggil dengan sebutan “mama Asnawi”  yang telah mengayomi masyarakat yang dianalogikan sebagai pohon beringin .
KH.Asnawi lahir di Kampung caringin sekitar tahun 1850 M, ayah beliau bernama Abdurrahman dan ibunya bernama  Ratu Sabi’ah dan merupakan keturunan ke 17 dari Sultan Ageng Mataram atau Raden Fattah . Sejak umur 9 tahun Ayahnya telah mengirim Kh.Asnawi ke Mekkah untuk memperdalam Agama Islam. Di mekkah beliau belajar dengan Ulama kelahiran Banten yang telah termasyhur namanya bernama Syech Nawawi Al Bantani.Kecerdasan yang di miliki beliau dengam mudah mampu menyerap berbagai dsiplin ilmu yang telah di berikan gurunya. Setelah dirasa cukup lama menimba ilmu dari gurunya maka Syech Nawawi Tanara Banten menyuruh muridnya Kh.Asnawi untuk pulang ketanah air untuk mensyiarkan agama Alloh.

Kisah Nyata Si Pitung

Berdasarkan penelusuran van Till (1996) berdasarkan Hindia Olanda 22-11-1892 (Koran Terbitan Malaya (Malaysia pada saat ini)). Pada tahun 1892 Si Pitung dikenal pada sebagai “One Bitoeng”, “Pitang", kemudian menjadi “Si Pitoeng” (Hindia Olanda 28-6-1892:3; 26-8-1892:2). Laporan pertama dari surat kabar ini menunjukkan bahwa schout Tanah Abang mencari rumah “One Bitoeng” di Sukabumi. Dari hasil penemuannya ditemukan Jas Hitam, Seragam Polisi dan Topi, serta beberapa perlengkapan lainnya yang digunakan untuk mencuri kampung (Hindia Olanda, 28-6-1892:2). Sebulan kemudian polisi menggeledah rumahnya kembali dan ditemukan uang sebesar 125 gulden. Hal ini diduga uang curian dari Nyonya De C dan Haji Saipudin seorang Bugis dari Marunda (Hindia Olanda 10-8-1892:2;2; 26-8-1892:2). Kemudian Si Pitung menggunakan senjata untuk mencuri pada tanggal 30 Juli 1892, ketika itu Si Pitung dan lima kawanannya (Abdoelrachman, Moedjeran, Merais, Dji-ih, dan Gering) menerobos rumah Haji Saipudin dengan mengancam bahwa Haji Saipudin akan ditembak.

Pada tahun 1892 Pitung dan kawanannya ditangkap oleh polisi sesudah adanya nasihat dari Kepala Kampung Kebayoran yang menerima 50 ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2) untuk menangkap Si Pitung. Setelah ditangkap, kurang dari setahun kemudian pada musim semi 1893, Pitung dan Dji-ih merencanakan kabur dengan cara yang misterius dari tahanan Meester Cornelis. Sebuah investigasi kemudian dilakukan oleh Asisten Residen sendiri, tetapi tidak berhasil.

JOKO TINGKIR YANG MELEGENDA

Komplek Pemakaman Butuh di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, terletak sekitar 10 kilometer dari Kota Solo. Jalan menuju ke pemakaman itu tidak terlalu bagus. Jalannya berlubang-lubang dan sempit, sekitar tiga hingga empat kilometer dari kompleks pemakaman itu.

Suasana di kompleks pemakaman sangat teduh. Sebuah pohon besar berdiri tegak menaungi masjid kecil bercat krem yang cukup terawat. Jalan masuk menuju gerbang pemakaman yang berlapis semen juga rapi dan bersih. Meski demikian, kesan bersahaja tetap tampak jelas.

Di kompleks inilah terletak makam penguasa Keraton Pajang (1550-1582) yang bergelar Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir. Pria yang pada masa kecilnya bernama Mas Karebet ini dikenal sebagai salah satu cikal bakal raja Jawa. Kerajaan yang dipimpinnya adalah embrio kerajaan Mataram yang selanjutnya berkembang lagi menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

PENCAK SILAT CIKALONG

Bermula dari nama desa Cikalong Kabupaten Cianjur pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya "Maempo Cikalong". Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
Cikal bakal permainan maempo (maen pohok) ini diajarkan oleh keluarga bangsawan Cikalong yang bernama Rd.H.Ibrahim dilahirkan di Cikalong 1816 dan wafat 1906 dimakamkan didesa Majalaya Cikalong Cianjur.

SATRIA NUSANTARA

SATRIA NUSANTARA
DR. Drs. H. Maryanto (pendiri Satria Nusantara) dilahirkan pada tanggal 4 April 1962 di Kisaran, Sumatra Utara. Memiliki silsilah unik, yaitu pihak ibu berdarah campuran Batak-Cina dan pihak bapak berdarah campuran Jawa-Cina. Beliau sejak kecil siangkat oleh orang Jawa. Masa remaja sampai dewasa dibesarkan dilingkungan Muhammadiyah, Kauman Yogyakarta.

Sejak usia 11 tahun sudah hobi membaca dan belajar sendiri sesuatu yang berhubungan dengan bela diri dan pernafasan. Pernah berguru di berbagai perguruan seperti Prana Sakti, Sinar Putih, Tapak Suci, Yoga, Taichi dan Kungfu, Pernafasan aliran Jawa, Silat Stroom dsb.

Senang menggabungkan hasil penelitian ilmah di Barat, penalaran dan renungan diri serta apa yang dipelajarinya secara tradisional maupun bacaan. Bercita-cita menjadi seorang dokter sehingga banyak mempelajari ilmu kesehatan dan sejak usia 16 tahun sudah senang mengobati orang sakit. Latar belakang Muhammadiyah dan ilmu eksakta melengkapi pengembangan seutuhnya dirinya, sehingga terciptalah ilmu seni pernafasan Satria Nusantara yang diharapkan dapat dipertanggung jawabkan dari sudut agama, kesehatan dan ilmu pengetahuan.

Sepenggal Asal Usul Shaolin

Shaolin
Shaolin adalah sejenis ilmu bela diri aliran Buddha, tetapi asal-usul ilmu silat tersebut bukan muncul dari Shaolin sendiri, melainkan diwarisi dari Hong Quan (baca: hung jhüen, salah satu ilmu bela diri aliran Selatan yang terutama tersebar di Provinsi Guangdong dan beberapa provinsi lainnya di Tiongkok).

Seorang biksu setelah bermeditasi perlu menggerakkan tubuh, bila sering bermeditasi, otomatis akan muncul tenaga dalam dan perputaran Zhou Tian (Lingkaran Langit, suatu proses dalam pelatihan ilmu tenaga dalam) dan pergerakan meridian, jika dilatih lagi ilmu bela diri maka akan sangat mudah sekali tumbuh Gong (baca: kung, energi kultivasi). Karena ia sederhana dan tidak terganggu oleh kehidupan duniawi, maka sejak dulu Kuil Shaolin bisa mencetak ahli kungfu yang tangguh dan ternama."

CAPOEIRA

CAPOEIRA
Berikut ini adaah artikel mengenai seni beladiri Capoeira yang di ambil dari berbagai sumber terpercaya, Capoeira merupakan sebuah olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Pertarungan dalam capoeira biasanya diiringi oleh musik dan disebut Jogo. Capoeira sering dikritik karena banyak orang meragukan keampuhannya dalam pertarungan sungguhan, dibanding seni bela diri lainnya seperti Karate atau Taekwondo.

Capoeira adalah sebuah sistem bela diri tradisional yang didirikan di Brasil oleh budak-budak Afrika yang dibawa oleh orang-orang Portugis ke Brasil untuk bekerja di perkebunan-perkebunan besar. Pada zaman dahulu mereka melalukan latihan dengan diiringi oleh alat-alat musik tradisional, seperti berimbau (sebuah lengkungan kayu dengan tali senar yang dipukul dengan sebuah kayu kecil untuk menggetarkannya) dan atabaque (gendang besar), dan ini juga lebih mudah bagi mereka untuk menyembunyikan latihan mereka dalam berbagai macam aktivitas seperti kesenangan dalam pesta yang dilakukan oleh para budak di tempat tinggal mereka yang bernama senzala. Ketika seorang budak melarikan diri ia akan dikejar oleh "pemburu" profesional bersenjata yang bernama capitães-do-mato (kapten hutan). Biasanya capoeira adalah satu-satunya bela diri yang dipakai oleh budak tersebut untuk mempertahankan diri. Pertarungan mereka biasanya terjadi di tempat lapang dalam hutan yang dalam bahasa tupi-guarani (salah satu bahasa pribumi di Brasil) disebut caá-puêra – beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa inilah asal dari nama seni bela diri tersebut. Mereka yang sempat melarikan diri berkumpul di desa-desa yang dipagari yang bernama quilombo, di tempat yang susah dicapai. 

TENAGA DALAM DAN SIHIR

Pada umumnya masyarakat kurang memahami betul apa yang dimaksud dengan ilmu tenaga dalam. Kesan yang mereka lihat kurang tepat akibat menyamaratakan bentuk-bentuk ilmu tenaga dalam yang dipertunjukkan oleh berbagai perguruan. Padahal hal-hal yang berbau klenik, sifatnya hanyalah campuran dari luar ke dalam ilmu tenaga dalam yang hakiki. Sebenarnya tenaga dalam merupakan fenomena alam yang berjalan di bawah Sunnatullah, karena itu ilmu ini adalah ilmu kebenaran dari Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Berilmu.

Tenaga dalam adalah perilaku hati/batin yang mendasari niat perbuatan atau tindakan seseeorang dan merupakan suatu bentuk perlindungan yang diberikan (dianugerahkan) Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa kepada manusia yang mau mempelajari dan membinanya. Potensi tenaga dalam telah bersemayam dalam setiap orang. Tinggal mereka sendiri yang menentukan apakah mau atau tidak memanfaatkan potensi diri yang merupakan rahmat tak ternilai dari Sang Khalik.

CIMANDE

CIMANDE
Mitos maempo Cimande
Tak jauh di tepian sungai Mande sebuah keluarga pedagang bernama Kahir hidup tinggal temtram dan damai. Di suatu hari istrinya pergi kesungai untuk melakukan kegiatan sehari-hari mencuci pakaian, makanan dan membuang hajat. Di saat istrinya mencuci pakaian di seberang tampak segerombolan monyet memungut buah kupak di tepian sungai, selang waktu kemudian datang seekor macan (maung) di tempat yang sama.
Monyet-monyet itu merasa terusik kenyamanannya dengan kedatangan macan, monyet-monyet itu menjerit jerit mengeluarkan suara sekeras-kerasnya. Suasana itu mengejutkan istri Kahir untuk memperhatikan keadaan , kemungkinan apa yang terjadi.
Macan itu marah mengaung dan menyerang ke arah monyet dengan tangannya yang kekar tetapi monyet yang bertubuh kecil itu, merasa tidak takut, meloncat dengan berkelid kembali menyerang dengan mengigit di bagian perut macan. Macan menggeliat kembali melakukan serangan- serangan namun tidak menyentuh tubuh monyet. Sebaliknya monyet yang lain dengan meggunakan tangkai kayu, mencoba mengganggu macan agar supaya marah dan menyerangnya kembali. Pada saat yang sama monyet kembali berkelit dan mengigitnya.

SENI BELA DIRI

SEN BELA DIRI
Seni bela diri merupakan satu kesenian yang timbul sebagai satu cara seseorang itu mempertahankan diri. Seni bela diri telah lama wujud dan pada mulanya ia berkembang di medan pertempuran sebelum secara perlahan-lahan apabila peperangan telah berkurangan dan penggunaan senjata moden mula digunakan secara berleluasa, seni bela diri mula berkembang dikalangan mereka yang bukannya anggota tentera tetapi merupakan orang awam.

Boleh dikatakan seni bela diri terdapat di merata-merata di dunia ini dan hampir setiap negara mempunyai seni bela diri yang berkembang samaada secara tempatan atau diubah suai daripada seni bela diri luar yang meresap masuk. Sebagai contoh seni silat adalah seni bela diri yang berkembang di negara ASEAN dan terdapat di Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Brunei.

Bagaimanapun kemudahan perhubungan dan komunikasi yang adapada masa ini memudahkan perkembangan idea dan seni bela diri tidak lagi terhad di tanah asalnya tetapi telah berkembang keseluruh dunia.